Rabu, 10 November 2010

BENCANA ALAM

BENCANA ALAM
Enam Tewas Terseret Banjir Bandang

Kamis, 11 Nopember 2010
JAKARTA (Suara Karya): Banjir kembali melanda beberapa wilayah di Tanah Air. Bahkan, banjir bandang di Semarang, Jawa Tengah, mengakibatkan enam orang tewas. Ribuan rumah terendam banjir di Jatinangor, Sumedang, Jawa Barat, dan Kecamatan Tibawa, Kabupaten Gorontalo, Gorontalo.
Dari enam orang yang tewas akibat banjir bandang di Semarang, lima di antaranya ditemukan. Tiga korban pertama yang ditemukan diketahui bernama Sri Endang Rahayu atau Yayuk (35), seorang PNS Kendal dan dua kakak-adik, putra dari suami istri Zaenuri dan Annah, yakni Irfan (2) dan balita berumur dua bulan yang belum diberi nama. Ketiga jenazah lalu dibawa ke RS Bhayangkara.
Dua korban lainnya, Karyati (35), warga Mangunharjo, Mangkang, dan Mohammad Abdul Rozak (1,5) warga Wonosari, Ngaliyan. Abdul Rozak tewas di gendongan neneknya, Siti Aisyah.
Nenek itu menuturkan, saat kejadian, Selasa (9/11), ia menggendong cucunya menjauh dari rumah yang tergenang air. Sedangkan ibu Mohammad Abdul Rozak, Esti Ana, menggendong cucu yang lain, yakni Allatifa Azzahra. Siti dan Esti terpisah karena terseret arus.
Begitu tiba di lokasi yang aman dan air sudah surut, Siti membersihkan cucunya dari air bercampur lumpur. "Ia sempat batuk-batuk dan terus saya gendong. Saya baru sadar ia meninggal setelah cucu saya tak bergerak sama sekali," ceritanya. Diduga korban banyak kemasukan air dan kedinginan. Sementara cucunya yang lain, Azzahra (4 bulan), yang digendong Esti, selamat.
Korban tewas lainnya yang masih belum ditemukan diketahui bernama Iwan. "Yang masih dicari bernama Iwan," kata Humas Basarnas Semarang Zulhawari.
Dia menjelaskan, dua korban yang sebelumnya dinyatakan hilang akhirnya ditemukan selamat. Mereka adalah balita Nur Aim dan Jasmin (55). Saat ini pihaknya masih mencari korban yang dilaporkan hilang di sepanjang Sungai Beringin.
Banjir akibat meluapnya Sungai Beringin, Selasa (9/11) sore, mengakibatkan ratusan rumah dan beberapa fasilitas umum seperti sekolah, masjid, dan panti asuhan rusak. Kerusakan terparah terjadi di Wonosari, Ngaliyan. Banjir juga terjadi di sejumlah titik seperti Kawasan Tanah Mas, Gayamsari, dan lain-lain.
Hingga Rabu (10/11) sore, Kota Semarang masih dikepung awan tebal. Hal ini mengakibatkan para korban banjir yang masih mengungsi ke tempat-tempat yang lebih aman cemas akan datangnya banjir susulan. Banjir memaksa ratusan warga Mangunharjo, Mangkang Wetan, mengungsi di belakang Stasiun Mangkang.
Wali Kota Semarang, Soemarmo, saat mengunjungi korban banjir, Rabu (10/11), mengatakan, pihaknya telah mengerahkan bantuan nasi bungkus bagi warga korban banjir. "Saya langsung perintahkan Kepala Dinsospora secepatnya mengirim nasi untuk warga. Bagi warga yang rumahnya terkena terjangan banjir, akan didata aparat kelurahan dan kecamatan. Nanti akan kita usahakan bantuan fisik," tuturnya.

Empat Desa

Banjir juga merendam empat desa di Kabupaten Gorontalo Utara, Provinsi Gorontalo. Keempat desa tersebut ialah Tolongio, Ilangata, Tolango, dan desa persiapan Iloduyunga. Akibatnya, ratusan rumah tergenang, puluhan lainnya rusak berat, dan delapan rumah di antaranya hanyut diterjang banjir bandang.
Afandy Husain (42), warga Ilangata yang rumahnya hanyut, Rabu, mengatakan, banjir bandang berasal dari luapan sungai di Desa Tolongio saat hujan deras melanda wilayah itu. Sejauh ini belum ditemukan adanya korban jiwa.
Kepala Desa Tolango, Syaiful Kadir Mamo, mengatakan, akibat peristiwa itu, sedikitnya 602 keluarga terpaksa mengungsi di tenda-tenda darurat. "Selain itu, tercatat 150 hektare sawah milik penduduk rusak berat," ujarnya.
Sementara itu, di Pacitan, Jawa Timur, belasan rumah warga di Desa Wonokerto, Kecamatan Ngadirojo, masuk jurang sedalam 150 meter, menyusul tanah longsor yang melanda kawasan itu, Rabu (10/11) dini hari.
Kendati tak sampai merenggut korban jiwa, tanah longsor yang terjadi secara bertahap sejak Jumat (5/11) itu membuat sebagian besar warga trauma. (Budi Seno/Pudyo Saptono/Wahyudi/Endang K/Agus Dinar)